Thursday, August 25, 2016

INOVASI DAERAH : QLUE MENGATASI MASALAH DENGAN SOLUSI

Beragam cara dilakukan oleh generasi muda untuk menciptakan suatu karya yang kreatif dan inovatif. Berawal dari keprihatinan atas berbagai masalah yang muncul di Kota Jakarta, disertai dengan banyaknya keluhan seperti jalanan yang macet, aliran air yang kotor, pelanggaran lalu linta dimana-mana, muncul inspirasi untuk membuat aplikasi yang dapat menampung keluhan dari masyarakat ibu kota Negara Indonesia ini. Dialah Rama Raditya, lulusan US pada Strayer University merupakan salah satu anak muda masa kini di Jakarta pencipta aplikasi QLUE. Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, patut diacungi jempol karena ilmu yang didapat di negeri Paman SAM dapat diimplementasi menjadi wadah sosial yang bermanfaat.

Sebagai bagian dari sebuah inovasi daerah, Qlue merupakan aplikasi media sosial yang memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mengeluhkan masalah di lingkungan sekitarnya melalui foto dan lokasi. QLUE merupakan 'plesetan' dari kata "Keluhan". Arti huruf "Q" pada QLUE adalah quality, yang secara harfiah QLUE diartikan sebagai keluhan yang berkualitas. 
 QLUE menjadi media atau penghubung antara warga Jakarta dengan Pemerintah Provinsi Jakarta. Awal mulanya, Rama Raditya (founder, red) bersama dengan teman-temannya mengajukan proposal ke pemprov Jakarta yang saat itu posisi Gubernurnya sudah dijabat oleh Bapak Basuki Tjahaja Purnama atau dikenal dengan Bapak Ahok. Pada saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta di akhir tahun 2014 menggantikan Bapak Joko Widodo, Bapak Ahok beserta jajarannya mencanangkan konsep Jakarta sebagai "Kota Pintar" atau Smart City. Pertimbangannya adalah menjadikan Kota Jakarta yang adalah sentral pemerintahan, ekonomi dan bisnis sebagai kota pintar percontohan bagi kota lainnya di Indonesia. Untuk mewujudkannya, Bapak Ahok pun membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) smart city pada  Februari 2015. Unit tersebut dipimpin oleh Setiaji. Jakarta Smart City memiliki beberapa indikator yaitu :
1. Pemerintahan yanh transparan, informatif dan responsif (Smart Governance),
2. Menumbuhkan produktivitas dengan kewirausahaan dan semangat inovasi (Smart Economy),
3. Peningkatan kualitas SDM dan fasilitas hidup layak (Smart People),
4. Penyediaan sistem transportasi dan infrastruktur (Smart Mobility),
5. Manajemen sumber daya alam yang ramah lingkungan (Smart Environment), dan
6.Mewujudkan kota sehat dan layak huni (Smart Living).
Untuk mencapai keseluruhan indikator di atas bukanlah hal yang mudah. Kota Jakarta bukanlah kota yang mudah "ditaklukkan". Luas wilayahnya mencapai ± 661 km dengan jumlah penduduk hampir 11 juta jiwa.  Sebagai kota terbesar di Indonesia, ada tantangan tersendiri saat akan menjadikannya sebagai sebuah kota pintar. Dalam sebuah acara Talk Session yang diadakan di EV Hive pada November 2014, Michael Sianipar, asisten pribadi Ahok, mengatakan kalau ada beberapa hambatan yang dialami Jakarta dalam penerapan smart city. Hambatan itu adalah rendahnya partisipasi publik, kurangnya sumber daya manusia, dan minimnya infrastruktur pendukung. Bisa dibayangkan bahwa partisipasi publik dalam hal ini peran masyarakat sangat penting. Pucuk dicinta ulam pun tiba, masuklah proposal penawaran kerjasama antara Rama Raditya dengan Pemerintah Provinsi Jakarta. Rama bersama tim mengajukan proposal aplikasi Qlue. Proposal tersebut disambut hangat oleh Bapak Ahok. Dengan pemaparan konsep dari para developernya, aplikasi QLUE akhirnya dicanangkan pada Desember 2014.


Tampilan di App Store


Pilihan akun saat registrasi


Aplikasi ini bisa dibilang sangat ideal. Penggunaannya mudah. Untuk menjadi pengguna aplikasi ini, setiap orang boleh melakukan registrasi akun secara opsional. Setiap orang (user) dapat melihat laporan yang dibuat oleh user lainnya. Tetapi data personal dari setiap user bersifat privasi sehingga merupakan data rahasia yang disimpan pada server QLUE. Tidak perlu takut karena gambar yang muncul pada profil pengguna adalah gambar avatar. Para pengguna pun bisa membuat pertemanan dan grup diskusi untuk membahas sebuah peristiwa. Kehadiran QLUE dinilai mampu menggugah partisipasi publik untuk lebih kritis dengan lingkungan sekitarnya. Hebatnya lago, berbagai aduan melalui QLUE terhubung langsung dengan aplikasi CROP (Cepat Respon OpiniPublik) yang dipasang di kepolisian dan aparat pemerintah. Kedua aplikasi ini saling sinergi. Oleh sebab itu, ketika ada laporan atau aduan, pihak Kepolisian maupun Aparat Pemerintah wajib untuk menyelesaikan dan melakukan update atas status laporan tersebut. Dalam aplikasi tersebut, aduan dapat dipantau progresivitasnya oleh pelapor  apakah masih statusnya menunggu, sedang ditindaklanjuti atau sudah diproses. User bisa tahu pelaporannya sudah sampai mana. Implikasinya adalah penambahan poin dan akumulasi ranking setiap kelurahan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Pemprov DKI Jakarta sangat intensif dalam  memanfaatkan aplikasi ini. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kota sehat, tertib, rapi, dan layak hidup, yang mana merupakan salah satu indikator Jakarta Smart City. Dalam pengaktualisasian aplikasi QLUE, tidak jarang muncul pro dan kontra. Kelompok yang pro sudah pasti menerima aplikasi ini sebagai bentuk terobosan teknologi masa kini yang dapat membawa perubahan yang lebih baik. Sedangkan kelompok yang kontra sepertinya masih dalam culture shock sehingga ketika ada perubahan belum dapat diterima dengan baik. Terhitungnper Agustus 2016, total pengguna aplikasi QLUE adalah sebanyak ± 500.000 pengguna, dengan jumlah aduan per hari ± 40 ribuan aduan. 
Contoh keluhan warga ke pihak swasta 
Gambar yang saya capture di atas adalah contoh aduan atau keluhan masyarakat ke pihak swasta. Idealnya, keluhan dapat ditujukan ke pihak pemerintah (berkaitan dengan lingkungan, lalu lintas, tindakam kriminal, pelayanan publik dan sebagainya yang membutuhkan penanganan pihak pemerintah), maupun pihak swasta (berkaitan dengan pelayanan dari badan usaha swasta atau pribadi). Ada tiga indikator sebagai penanda proses laporan. Pertama, merah yaitu laporan sudah masuk dan masih menunggu untuk diproses. Kedua, kuning yaitu laporan sedang diproses. Ketiga, hijau yaitu laporan sudah diselesaikan. Anda dapat klik indikator kuning untuk melihat detail laporan yang sedang diproses dan klik indikator hijau untuk melihat detail penyelesaian laporan.
Dengan terakses langsung ke aplikasi CROP, maka masalah-masalah yang menjadi aduan masyarakat dapat diatasi secepat mungkin. Jadi jangan pernah sungkan jika ingin melaporkan kendaraan bermotor yang sering melawan jalur, lampu jalan yang mati, kelompok begal di malam hari, sampah yang mengganggu, dan berbagai masalah sosial lainnya. Pemprov DKI Jakarta sangat serius menerapkan konsep Jakarta Smart City sehingga ketika ada pejabat daerah atau wakil pemerintah seperti Lurah atau Ketua RT/RW tidak melaksanakan kewajibannya untuk menyelesaikan aduan, maka dikenakan sanksi tegas. Contoh yang pernah terjadi adalah pemberhentian salah Ketua RW Kebon Melati yang menentang pemberlakuan aplikasi QLUE. Hal ini dikarenakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sudah menetapkan pemberian insentif senilai Rp 10.000 per setiap aduan Qlue yang disampaikan sebagai pengganti pulsa para ketua RT/RW serta tunjangan pulsa Rp 75.000 per bulan. 
Aplikasi QLUE akan diajukan oleh Rama Raditya dan tim ke kota lain di luar Jakarta. Ini adalah kabar baik untuk Indonesia. Menyikapi ide kreatif dan inovatif ini, kita sebagai masyarakat Indonesia harus mengapresiasi dan menerimanya. Ini menjadikan kita lebih berani menyalurkan aspirasi tanpa khawatir dan takut karena identitasnya tidak diketahui. Bersiaplah untuk perubahan terutama jika perubahan itu berdampak positif bagi kelangsungan hidup. 



Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

Artikel Lomba Lainnya : 
Mengubah Limbah Sabut Kelapa 
Start-up Pariwisata Untuk Maluku


No comments:

Post a Comment