Tuesday, August 30, 2016

INOVASI DAERAH : MENGUBAH LIMBAH SABUT KELAPA MENJADI ALAT PEMBERSIH


Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa terbanyak di dunia. Banyak perkebunan kelapa yang dijadikan pusat agro bisnis di tanah air inir. Lihat saja di Sumatra kebun kelapa sangat luas, belum lagi kelapa di Kalimantan yang mendominasi perkebunan disana. Hanya saja, para pengusaha perkebunan kelapa mengolah kelapa dan membuang serabutnya. Pohon kelapa memang bermanfaat bagi kehidupan.
Secara umum, yang dinilai bermanfaat pada kelapa adalah air kelapa dan daging (isi) kelapa. Airnya digunakan sebagai obat untuk mendetoks racun, sedangkan buahnya dijadikan santan dan minyak. Daun pohon kelapa atau nyiur dijadikan sapu lidi, dan batang pohonnya dijadikan kayu bangunan. Jika kita membeli es kelapa di kedai penjual es kelapa, kita akan melihat banyak serabut kelapa yang berserakan di sekitarnya. Serabut tersebut tidaklah diolah oleh pedagang kelapa sehingga dibuang dan menjadi sampah. Padahal, limbah serabut kelapa ini jika diolah dapat menjadi barang yang bermanfaat serta membawa nilai ekonomis bagi masyarakat.

Alangkah luar biasanya jika kita mampu mengubah sesuatu yang bernilai negatif  menjadi positif dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Begitu juga dengan melakukan inovasi mengubah sabut kelapa menjadi sesuatu yang bernilai. Terobosan ini dilakukan oleh warga desa Pasir. Desa Pasir, terletak di kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka merupakan desa yang sekarang terkenal sebagai desa penghasil Sapu dari sabut kelapa. Ini adalah kabar baik bagi kita semua terutama untuk Indonesia, karena masih memiliki ide yang kreatif.  Padahal bagi sebagian orang, sabut atau serabut kelapa merupakan sampah.  Jika orang beranggapan bahwa sabut kelapa adalah limbah maka masyarakat di Desa Pasir mengolah limbah ini menjadi alat pembersih lantai seperti sapu sabut kelapa. Sapu yang terbuat dari sabut kelapa ini dirasakan lebih membersihkan dibanding sapu bahan lainnya.

Contoh Sapu Sabut Kelapa

Sapu hasil olahan sabut kelapa ini dinamakan sapu "TABO", yang artinya serabut kelapa.  Pengrajin sapu Tabo di Desa Pasir semakin banyak. Bahkan salah satu inovasi daerah ini tergolong dalam usaha kecil menengah (UKM) sehingga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Dalam 1 hari,  satu pengrajin mampu menghasilkan rata – rata 1 (satu) kodi sapu. Satu kodi itu setara dengan 20 buah. Harga jual per kodi adalah senilai Rp. 150.000,- sampai dengan Rp. 200.000,-.Para pengrajin yang menggerakkan usaha ini membentuk sebuah paguyuban atau kelompok yang dinamai "Seuyunan", yang disadur dari bahasa sunda artinya kebersamaan. Ini bermakna bahwa dalam usaha ini, kebersamaan adalah modal karena tidak bisa dilakukan seorang diri. Pembuatan sapu ini dilakukan dengan cara pemukulan untuk menghaluskan sabut kelapa. Proses ini dilakukan dengan menggunakan tongkat pemukul dengan mengandalkan kekuatan otot. Pertimbangannya adalah belum ditemukan mesin yang cocok untuk menghaluskan sabut kelapa. 
Cara pembuatannya adalah :
  • Sabut dipukul-pukul dengan tongkat pemukul agar daging sabut lepas.
  • Sabut yang telah dipukul pukul disikat agar sabut yang pendek lepas
  • Sabut yang pendek dibuat tali
  • Sebuah sapu terdiri dari 4 akar sabut terpisah dan satu ikat sabut yang langsung diikat pada ujung tangkai sapu
  • Tusukkan sebilah bambu kecil pada ikatan sabut diujung tangkai ibaratnya sebagai bahu (pundak)
  • Ikatlah ujung sabut bagian atas bahu tangkai dan sapu siap dipakai
Dengan semangat kebersamaan dalam berkreativitas diharapkan produk sapu ” TABO “ menjadi salah satu produk andalan di wilayah Desa Pasir, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat, yang ikut juga menjadi penyumbang bagi penguatan sistem ekonomi mikro dan pembangunan daerah


Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku 



Sumber
https://seuyunan.wordpress.com/tag/serabut-kelapa/ 

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

  2. Bekas Makanan Biodegradasi Berasaskan Sabut Kelapa
    Bekas makanan merupakan perkara penting bagi pengusaha makanan. Kini, rata-rata masyarakat sudah cakna dalam pemilihan bekas makanan yang mesra alam selari dengan dasar kerajaan untuk mengurangkan penggunaan plastik di pasaran.
    Selari dengan usaha ke arah masa depan yang lebih hijau dan selamat, sepasukan penyelidik dari Fakulti Pertanian, Universiti Putra Malaysia (UPM) diketuai oleh, Prof. Madya Dr. Siti Salwa Abd Gani berkata, UPM mengambil inisiatif dengan menghasilkan inovasi bekas makanan mesra alam yang menawarkan pelbagai kelebihan seperti mudah dileraikan, murah dan efektif.

    https://sciencepark.upm.edu.my/artikel/bekas_makanan_biodegradasi_berasaskan_sabut_kelapa-65635

    Mohon di share infonya

    ReplyDelete